Ayo Kita Cerita Tentang Hari Ini
Tanpa menunggu nanti.
DISCLAIMER
INI BUKAN REVIEW ATAU TULISAN UNTUK PROMOSI FILM. Saya tidak dapat bayaran apapun untuk tulisan ini.
*ehem* visinema pictures
Pada awal tahun 2020, jagad dunia maya cukup dihebohkan dengan sebuah film keluarga yang berjudul Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau yang biasa disingkat menjadi NKCTHI. Mulai dari spoiler ceritanya, review, rekomendasi, bahkan sampai berbagai candaan dari film ini semuanya bercampur aduk menjadi satu di dunia maya, terutama Twitter.
Dari segi cerita, film ini tidak banyak menyinggung tentang judul film itu sendiri. Hanya sedikit disinggung di monolog ketika mulai film (prolog) dan sebelum end credit (epilog).
Namun, seperti disclaimer di awal, tulisan ini bukan untuk membahas film tersebut. Saya tertarik untuk membuat tulisan ini dengan dasar judul dari film tersebut yang cukup menarik: Nanti kita cerita tentang hari ini. Mengapa mereka memberi judul demikian?
Berita
Jumat lalu (17/1/2020), ada berita cukup mengejutkan yang saya terima, bahwa salah seorang yang saya sayangi, sebut saja M, sedang dalam tidak sehat dan dalam kondisi yang cukup parah. Saya begitu terkejut mendengarnya. Bahkan lebih terkejut lagi ketika saya mendengar bagaimana detil kejadiannya.
Ketika mendengar itu, saya bingung, saya kecewa, saya menangis kencang, saya mengutuk diri sendiri atas apa yang terjadi hari itu. Terlebih, saya marah terhadap keadaan karena ada begitu banyak hal yang ingin namun tidak bisa saya lakukan untuk mengubah keadaan.
Series of Unfortunate Events
Kamis, 16 Januari 2020
Sore itu aku bertemu dengan si M, berbincang terkait banyak hal dalam hidup. Bagaimana keadaannya, permasalahan yang dia hadapi, pekerjaan yang sedang dilakukan, dan segala hal yang lain. Dia terlihat cukup bahagia dengan hidupnya, walau ada banyak urusan yang belum selesai dan harus dia selesaikan saat itu.
Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku ungkapkan saat itu. Tetapi tiba-tiba gejolak emosi dari dalam diri ini memuncak dan hendak meledak rasanya. Segala emosi dan pikiran tersebut kemudian membawa keheningan. Keheningan itu sangat menyesakkan dada, membawa pergi kemampuan ku untuk berpikir dan bernafas. Hanya ada jutaan perasaan dan suara di benak ku.
“Tidak. Kenapa begini? Ga biasanya aku begini. Setiap bertemu dengan orang aku selalu bisa well-behaved. Tapi kenapa hari ini ga bisa?”, benakku sambil mencoba menahan semua perasaan di dalam hati yang rasanya ingin meledak saat itu juga.
“Nggak. Ga boleh aku ‘meledak’ dihadapan orang. Mungkin lebih baik aku pulang saja. Jangan rusak kebahagiaannya hari ini”, pikirku yang kemudian mengucapkan salam perpisahan dan langsung terburu-buru untuk pulang.
Jumat, 17 Januari 2020
Pagi itu aku terbangun dengan sebuah pesan yang diurungkan (unsend) dari M. Dengan keadaan emosi yang lebih baik, aku mencoba menghubungi dia untuk menjelaskan apa yang terjadi kemarin malam. Sampai dengan pukul 09.00, masih belum ada balasan apapun dari dia. Ku pikir dia sedang mengerjakan sesuatu hal, mengingat kemarin dia begitu sibuk dengan urusannya sebelum aku datang.
Menjelang siang hari, aku mendapat kabar dari temanku, sebut saja A, yang kebetulan teman dari M juga, bahwa M melakukan percobaan bunuh diri pada hari itu. Ketika ditemukan kondisinya cukup memprihatinkan dengan darah ada dimana-mana. Sontak saja M langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Saat itu aku dan A sempat berbincang cukup lama. Ada begitu banyak hal yang kami bicarakan. Mulai dari detil kejadian, sampai unek-unek atau pemikiran kami terhadap si M. Tapi di akhir pembicaraan ada satu hal yang begitu menempel di benak ku.
“Ga nyangka gerutu dan celoteh M kemarin terkait hidupnya bisa jadi ucapan terakhir dari dia yang kita dengar”
Mungkin hari ini kita punya kesulitan dalam hidup masing-masing. Tapi mumpung kita masih punya hari ini, ayo ceritakan hari ini kau ada apa. Kita coba selesaikan bersama-sama semampu kita.
Ayo kita cerita tentang hari ini, karena mungkin besok sudah tidak ada kita untuk bercerita.