God is Stupid

Iya benar. Allahku itu begitu bodoh

Okta Bramantio Swida
3 min readAug 18, 2019

Bandung, 8 Desember 2018

Malam itu ketika sedang merayakan natal pemuda di gereja, tiba-tiba aku tersadarkan atas suatu hal yang cukup menyedihkan jika kita pikirkan dan sadari.

Sekitar awal tahun 2017 yang lalu, tersiar sebuah berita yang cukup menghebohkan di Facebook dimana seorang Bapak melaksanakan live bunuh diri melalui akun Facebook miliknya. Alasan beliau melakukan hal itu karena istri yang begitu dicintainya meninggalkan dirinya, atau setidaknya begitu lah yang disiarkan berita karena aku tidak berani melihat orang bunuh diri secara langsung.

Respon warganet begitu beragam menanggapi hal tersebut. Tapi, secara umum respon yang diberikan cukup bisa ditarik menjadi satu kalimat, “Kok dia bodoh sekali mengorbankan nyawanya untuk orang lain”. Jika boleh jujur, itu juga yang saya pikirkan waktu membaca berita tersebut. Sampai suatu hari, aku mendapat jawabannya.

19 Oktober 2018.

Malam itu aku bermimpi sesuatu yang sangat bodoh. Ketika itu aku masih berstatus seorang yang punya pacar atau bahasa gaulnya “taken”, dan malam itu aku bermimpi bahwa aku sedang bertengkar dengan pacarku. Sebagai informasi, atau mungkin bingung orang yang aku maksud siapa, pacarku ini(atau sekarang sudah menjadi mantan pacar) dia memiliki latar belakang pendidikan kedokteran.

Dalam mimpiku kami bertengkar di sebuah swalayan. Ketika bertemu di swalayan, dia terlihat jelas berusaha menghindar dariku dan bahkan mencoba lari ketika aku mengejarnya. Tapi ketika sampai di halaman depan swalayan, aku berhasil memegang tangannya dan menahannya agar tidak pergi menjauh dariku.

Dia meronta-ronta menyerukan agar aku melepaskan tangannya, bahkan sampai di titik dimana dia jatuh tersungkur ke lantai karena aku menolak untuk melepaskan tangannya. Di titik itu aku sadar bahwa aku tidak ingin melepaskan tangannya karena aku tidak ingin membiarkan dia pergi. Tapi aku juga sadar, dengan memegang tangannya aku semakin menyakitinya.

Dia terus menerus meronta-ronta memohon aku melepaskan genggamanku. Aku hanya bisa terdiam sambil memegang tangannya erat-erat. Kemudian dia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah jarum suntik dan berkata, “Jarum ini isinya racun dan kalau tanganmu tidak kamu lepaskan, akan aku suntikkan jarum ini”.

Refleks ku ambil jarum itu dari tangannya dan bertanya, “Apakah perlu sampai aku mati?”

Dia hanya mengangguk kecil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ku melihat wajahnya, wajah yang begitu ketakutan akan apa yang baru saja ku lakukan dan katakan.

Kemudian aku langsung menancapkan jarum tersebut di dadaku, dan memasukkan racun tersebut ke dalam tubuhku. Seketika racun itu mengambil alih fungsi tubuhku dan seluruh tubuhku langsung lemah tak berdaya. Ku mencoba bernafas, tapi udara terasa begitu kental untuk mau masuk ke dalam rongga dadaku. Tubuhku terasa begitu sakit, seperti dipukul dari berbagai sisi secara bersamaan.

“I do what you told me to do”, bisikku perlahan sambil berusaha bernafas.

Kini nafasku semakin sedikit, badanku semakin lemas, dan aku perlahan-lahan mulai memejamkan mata. Tapi kali ini aku merasa bahwa aku tidak akan membukanya lagi.

Kemudian aku tersadar dari tidurku. Aku merasa begitu menyedihkan. Bagaimana mungkin aku begitu bodoh sampai mau mati demi orang lain?

Malam itu ketika aku merayakan natal, aku menyadari sesuatu hal.

“Bukankah Allah juga mau mati demi orang yang dia cintai?”

Ya. Benar.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16).

Jika kalian tidak paham, kasih itu berarti cinta. Karena Allah begitu mencintai seisi dunia ini, dia rela mati di kayu salib. DIA BEGITU MENCINTAI KITA, sampai dia rela mati demi kita.

Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.(Roma 5:8)

Ku sempat berpikir kenapa Bapak di Facebook itu begitu bodoh, dan aku sempat berpikir kenapa aku begitu bodoh. Tapi sekarang aku tahu jawabannya. Allah juga bodoh.

God is so stupid.
God is so stupidly in love with all of us.

--

--

Okta Bramantio Swida

It's a wonderful life | Just a simple guy who loves astronomy