It is well. IT IS WELL!
Even when things go wrong, I will always say to my soul that it is well.
Salah satu lagu yang begitu sering diperdengarkan di gereja saya adalah lagu It Is Well, baik dari Bethel Music atau pun versi himne aslinya yang bisa didengar di tautan masing-masing. Lagu ini mungkin kalau didengar secara bebas menandakan bahwa kita mensyukuri keadaan kita yang baik-baik saja.
Secara lirik lagu, memang lagu ini berbicara tentang keyakinan terhadap Tuhan walaupun tidak berbicara salah satu keyakinan secara spesifik sehingga bisa dinikmati oleh siapa pun yang mendengarnya, apapun keyakinan kalian. Walau liriknya begitu indah, tetapi ada sesuatu yang terlewat jika kita berhenti sampai di sana.
Spafford, 1873
Lagu ini ditulis oleh seorang warga negara Amerika bernama Horatio G. Spafford (1828–1888). Dia merupakan seorang pengacara terkenal yang memiliki bisnis firma hukum yang sangat maju dan memiliki banyak properti di beberapa titik di Chicago. Horatio adalah seorang ayah dari 5 orang anak, satu laki-laki dan 4 gadis. Hidupnya nampaknya begitu sempurna bukan? Sepertinya di masa itu dia bisa berkata kalau hidupnya begitu baik (it is well).
Kejadian tragis menimpa hidupnya ketika tahun 1871, anaknya yang laki-laki karena demam berdarah. Nyawanya kemudian tidak terselamatkan. Keluarga mereka diguncang kesedihan yang cukup mendalam. Namun nampaknya Tuhan tidak cukup bekerja sampai di sana.
Pada Oktober di tahun yang sama Chicago mengalami bencana kebakaran yang menghanguskan sebagian besar wilayahnya, termasuk hampir seluruh properti yang dimiliki oleh Horatio. Horatio mengalami kerugian finansial yang begitu besar. Selama dua tahun Horatio berusaha keras untuk bangkit kembali dari keterpurukan.
Pada tahun 1873, dua tahun setelah kejadian yang begitu berat bagi keluarganya, Horatio memutuskan untuk mengajak keluarganya berlayar ke Inggris untuk menenangkan pikiran. Sayang sekali pada menit-menit terakhir menjelang keberangkatannya Horatio harus ditahan urusan pekerjaan dan tidak bisa berangkat bersama dengan istri dan anak-anaknya. Dia berencana akan menyusul ke Inggris beberapa hari setelah keluarganya berangkat.
Namun rupanya Tuhan punya rencana lain. Di tengah Samudera Atlantik, pada 22 November 1873 perahu yang dinaiki oleh istri dan anak-anak Horatio, SS Ville du Havre, rupanya harus bertubrukan dengan perahu lain, Loch Earn. Tumbukan tersebut hampir membuat SS Ville du Havre terbelah menjadi dua bagian. Sontak saja seluruh penumpang SS Ville du Havre panik atas kejadian yang baru saja terjadi dan berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri, termasuk keluarga Horatio.
Nasib baik rupanya hanya berpihak kepada Anna Spafford, sang istri. Dia ditemukan tidak sadarkan diri mengapung di atas sebuah kayu. Sementara itu keempat anaknya yang bersamanya dalam perjalanan tidak ditemukan. Anna kemudian diselamatkan dan diungsikan ke Inggris.
Sesampainya di Inggris, Anna kemudian mengirimkan telegram kepada suaminya yang berisi, “Selamat sendirian, apa yang harus aku lakukan?” (Saved alone, what shall I do?). Setelah menerima pesan tersebut, Horatio langsung berangkat menuju Inggris untuk menyusul istrinya.
Ketika dalam perjalanan ke Inggris, kapal yang ditumpangi Horatio melewati titik dimana keempat anaknya tenggelam dalam kejadian naas tersebut. Kapten kapal yang mengetahui hal tersebut kemudian memberi tahu Horatio bahwa mereka sedang melewati lokasi dimana keempat anaknya tenggelam.
Dalam keterpurukan itu, Horatio kemudian menyendiri dan kemudian menulis sebuah himne dengan bait seperti berikut:
When peace, like a river, attendeth my way,
When sorrows like sea billows roll;
Whatever my lot, Thou hast taught me to say,
It is well, it is well with my soul.(Refrain:)
It is well (it is well),
with my soul (with my soul),
It is well, it is well with my soul.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia, himne tersebut akan berbunyi:
Ketika kedamaian, seperti sungai, mendatangi jalanku,
Ketika derita seperti laut luas membentang.
Apapun rintangan dalam hidupku,
Engkau telah mengajarkanku untuk berkata:
“Semua baik-baik saja, jiwaku baik-baik saja”(Reffrain:)
Semuanya baik
Jiwaku baik-baik saja
Semuanya baik, jiwaku baik-baik saja
Himne itu dituliskan BUKAN ketika keadaan sedang baik. Tetapi ketika keadaan sedang kacau balau. Ketika semua berantakan. Ketika tidak ada hal yang baik sedang terjadi. Namun justru itu saat yang sangat tepat untuk berkata, “Semua baik-baik saja. Maka tenanglah hai jiwaku”.
Terdengar aneh bukan? Kenapa ketika keadaan sedang tidak baik, justru kita berkata kalau semuanya baik-baik saja (it is well)?
Iya. Memang aneh. Tetapi setahuku, Tuhan itu bekerja bukan berdasarkan akal manusia bukan? Hal terpenting yang perlu kita pikirkan adalah bahwa Tuhan akan bekerja untuk membuat semua hal menjadi baik, bahkan mungkin melebihi apa yang kita inginkan dan butuhkan. Tugas kita adalah berusaha bekerja sebaik mungkin dengan kepala yang dingin, atau dalam bahasa rohaninya dalam kondisi jiwa yang baik. Oleh sebab itu, jika berada dalam masalah, katakan pada jiwamu sendiri:
“TENANGLAH ENGKAU WAHAI JIWAKU!”
Bramantio, 2020
Di tahun ini ada banyak sekali hal yang terjadi. Kondisi kesehatan yang kurang baik, kondisi akademik yang berantakan, kondisi sosial yang cukup berat, dan beban-beban lain. Dan dalam keadaan seperti itu, aku sadar bahwa jiwaku sedang tidak baik-baik saja. It was NOT well with my soul. Di saat demikian, aku memutuskan untuk membuat sebuah playlist yang aku gunakan untuk menyatakan bahwa
Playlist ini aku buat ketika sedang berada dalam masa kelam. Ketika harapan seolah tidak ada. Ketika dunia jatuh ke kegelapan yang paling gelap. Tapi satu hal yang pasti. Jiwaku harus tetap tenang dalam segala hal.
Mazmur 116:7
Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu.